Nasihat KH Sholeh Darat agar Negara Tidak Rusak


Banyak nasihat-nasihat kehidupan yang ditinggalkan oleh Syaikh Muhammad Sholeh bin Umar As-Samarani (dikenal dengan KH Sholeh Darat). Di antara nasihat tentang kehidupan dunia adalah mengenai menjaga negara agar tidak rusak.

Dalam kitab karangannya Minhajul Atqiya' fi Syarhi Ma'rifatil Adzkiya' ila Thariqil Auliya', Mbah Sholeh Darat menjelaskan begini: "Lamun negoro ora ono iku kabeh, maka yekti rusak menusane ora biso luru pangan kerono kabeh ngarah manfaate menuso ingdalem dunyo supoyo biso lumaku marang tha'atillah lan marang akhirat".

Mengagumkan memang ketika menyimak nasihat ini. Kurang lebih, artinya: "Jika negara tidak memiliki itu semua, maka rusak manusianya dan tidak bisa mencari makanan sebab itu terkait kemanfaatan manusia hidup di dunia agar dalam berbakti pada Allah dan akhirat".

Kenapa tiba-tiba Mbah Sholeh Darat membuat pernyataan demikian yang membuat kita kaget? Tentunya ada penjelasan-penjelasan yang mendahului.

Ternyata sebelum menyatakan itu, Mbah Sholeh Darat lebih dahulu menjelaskan tentang dunia keilmuan yang mengenalkan ada ilmu fardlu 'ain dan fardlu kifayah. Sebelumnya, ia juga membeberkan tentang tata krama seorang kiai dan santri secara panjang lebar.

Khusus dalam bahasan ilmu fadlu kifayah ini, Mbah Sholeh menyinggung tentang istilah negara. Inilah yang patut dijadikan perhatian. Kurang lebih, nadzam yang dijelaskan awalnya berupa kalimat:

وفروعها انشاء نثر والنظام ∞ ومحاضرات والخطوط فاجملا

Nadzam ini memberikan pengertian tentang penjelasan mengenai ilmu sastra: insya' natsr, muhadlarat, khuthut yang harus dipelajari dengan baik.

Semua ilmu-ilmu itu dijelaskan oleh Mbah Sholeh Darat memiliki hukum fardlu kifayah untuk dipelajari. Banyak guna manfaat ketika mempelajari ilmu-ilmu yang sekarang mulai langka itu. Maka bagi Mbah Sholeh Darat, harus dipelajari dengab baik.

Manfaat dari ketiga ilmu adalah untuk memperbaiki bacaan sastra agar tahu hakikat makna bahasa, mengetahui kisah-kisah masa lampau dan tepat dalam menulis huruf hijaiyyah. Sehingga garis besarnya adalah ilmu itu dapat digunakan memahami masa lampau dengan nilai-nilai sastra dan sejarah.

Apakah ada lagi ilmu fardlu kifayah yang perlu dipelajari? Dengan tegas Mbah Sholeh Darat menyebut tujuh ilmu lainnya, yaitu: kedokteran, hisab (penulis: matematika, faraidl dan lain-lain), pande besi, tukanh kayu, tukang jahit, canthuk dan pertanian.

Tujuh ilmu itulah yang disebut sangat penting untuk dipelajari di masa sekarang, agar negara tidak rusak manusianya. Ilmu kedokteran dilakukan agar orang bisa sehat dan ilmu hisab untuk membagi warisan.

Lima ilmu yang disebut belakang tidak dijelaskan secara detail dalam kitab itu. Penulis mencoba untuk memaknai sendiri bahwa bahwa lima ilmu ini memiliki banyak manfaat dalam pengembangan ilmu sains dan teknologi.

Mbah Sholeh Darat sejak tahun 1894 M ketika menulis kitab ini sudah jauh-jauh berpikir soal sains dan teknologi dalam pengembangan ilmu fardlu  kifayah ini. Termasuk Mbah Sholeh Darat mencoba menetralisir tentang dikotomi ilmu agama dan umum.

Jika ilmu besi ini dikuatkan, maka lahirlah disiplin ilmu kimia, fisika dan industri. Dari tukang kayu lahir disiplin ilmu arsitektur, kehutanan dan teknologi ketahanan alam. Dari ilmu jahit lahir disiplin tata busana. Dari canthuk lahir disiplin kesehatan masyarakat, pengobatan alternatif dan lingkungan. Dari pertanian lahir disiplin ketahanan pangan dan industri makanan halal.

Apa kaitannya dengan negara bisa rusak? Benar. Jika negara tidak menghadirkan orang-orang pandai dalam ilmu fardlu kifayah ini, maka sumber daya manusia akan lemah. Jika lemah, maka keberlangsungan hidupnya terancam. Dan negara akan rusak.

Pesan singkat dan nasihat Mbah Sholeh Darat ini mengingatkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi bangsa dan negara. Santri-santri dapat belajar dari nasihat Mbah Sholeh Darat dengan tidak mengkotak-kotakkan ilmu dunia dan akhirat.

Sebab ilmu dunia juga sangat menunjang untuk kehidupan akhirat dalam rangka menguatkan berbakti pada Allah Swt. Semoga bermanfaat.

Sumber